A.
Psikologi
Pendidikan
Menurut Glover dan Ronning (dalam Elliot,
2000) Psikologi Pendidikan adalah penerapan psikologi dan metode-metode
psikologi untuk studi perkembangan, belajar, motivasi belajar, pengajaran,
assessment, dan aspek-aspek psikologis lainnya yang berkaitan dengan isu-isu
yang berpengaruh dan berinteraksi dengan proses belajar dan
pembelajaran. Berdasarkan pemaparan oleh Glover dan Ronning saya dapat
menjelaskan bahwa psikologi pendidikan lebih mengkhususkan diri pada cara memahami pengajaran dan pembelajaran dalam lingkungan
pendidikan. Hal ini sangat penting agar kita dapat mengetahui cara pengajaran dan pembelajaran apa yang baik untuk peserta
didik agar nantinya mampu mencapai tujuan dalam pendidikan. Selain itu tidak
hanya mempelajari pengajaran dan pembelajaran tetapi psikologi pendidikan juga
mempelajari psikologis peserta didik dan memberikan motivasi belajar agar minat
pada peserta didik dalam proses pembelajaran semakin meningkat.
Dalam mempelajari psikologi pendidikan tidak hanya bermanfaat
untuk mengajar,tetapi juga bermanfaat dalam
pembelajaran dan penerapan prinsip-prinsip belajar mengajar :
1.
Untuk mempelajari situasi dalam proses pembelajaran:
a.
Memahami perbedaan individu (peserta didik).
b.
Penciptaan iklim belajar yang kondusif di dalam kelas.
c.
Pemilihan strategi dan metode pembelajaran.
d.
Memberi bimbingan kepada peserta didik.
e.
Mengevaluasi hasil pembelajaran.
2.
Untuk penerapan prinsip-prinsip belajar mengajar :
a.
Menetapkan tujuan pembelajaran.
b.
Penggunaan media pembelajaran.
c.
Penyusunan jadwal pelajaran.
Dalam psikologi pendidikan, metode
yang dapat memudahkan kita dalam mempelajarinya
yaitu sebagai berikut :
1.
Metode
Eksperimen
Metode eksperimen merupakan serangkaian percobaan yang
dilakukan eksperimenter dalam sebuah laboratorium atau ruangan tertentu
lainnya. Teknis
pelaksanaannya disesuaikan dengan data yang akan diangkat, misalnya data
pendengaran siswa, penglihatan siswa, dan gerak mata siswa ketika sedang
membaca, alat utama yang biasa dipakai adalah computer dengan berbagai
programnya seperti program cognitive psychology test, metode ini
biasanya sebagai pilihan utama terutama dalam riset-riset. Dalam penelitian
eksperimental objek yang akan diteliti dibagi menjadi
dua kelompok, yakni:
a.
Kelompok
percobaan (eksperimental group).
b.
Kelompok
pembanding (control group). Kedua kelompok pada akhir riset
hasilnya akan dibandingkan lalu dianalisis,
ditafsirkan, dan disimpulkan dengan teknik statistik tertentu.
2.
Metode
Kuesioner.
Metode kuesioner lazim juga disebut metode
surat-menyurat. Kuesioner disebut “mail survey” karena pelaksanaan
penyebaran dan pengembaliannya sering dikirimkan ke dan dari responden melalui
jasa pos, selain lebih hemat biaya dan juga lebih banyak unit yang bisa
dijangkau. Sebelum kuisioner disebarkan kepada
koresponden yang sesungguhnya, seorang peneliti psikologi biasanya melakukan
uji coba. Dengan menggunakan sampel yang sama
dengan calon koresponden yang sesungguhnya. Tujuannya
memastikan apakah pertanyaan cukup jelas dan relevan untuk dijawab, dan masukan
yang bermanfaat. Contoh data yang dapat dihimpun dengan cara penyebaran adalah sebagai berikut:
1. Karakterisitik pribadi.
2. Latar belakang pribadi, dll.
3.
Metode
Studi khusus
Studi kasus (case study) ialah sebuah metode
penelitian yang digunakan untuk memperoleh gambaran yang rinci mengenai
aspek-aspek psikologis seorang siswa atau sekelompok siswa tertentu. Metode ini, selain dipakai oleh para
peneliti psikologi pendidikan, juga sering dipakai oleh peneliti ilmu-ilmu
sosial lainnya karena lebih memungkinkan peneliti melakukan investigasi
(penyelidikan dengan mencatat fakta) dan penafsiran yang lebih meluas dan
mendalam. Alat yang dipakai juga bermacam-macam
terutama yang dapat mengungkapkan variable yang sukar disimpulkan dalam satuan
tertentu, penyelidikan disini dilakukan dalam kurun waktu tertentu dengan
mengikuti perkembangan objek yang kita teliti.
4.
Metode
Penyelidikan Klinis
Pada mulanya, metode penyelidikan klinis hanya
digunakan oleh para psikiater. Dalam metode ini terdapat prosedur
diagnosis dan penggolongan penyakit kelainan jiwa serta cara-cara memberikan
perlakuan pemulihan terhadap kelainan jiwa tersebut.
Orang
yang pertama kali memanfaatkan metode ini adalah jean piaget
dalam bidang pendidikan, piaget sering menggunakan metode ini untuk
mengumpulkan data dengan cara yang unik yakni interaksi semu alamiah,
(quasi-natural) anatara peneliti dengan objek penelitian (Reber, 1988). Metode ini biasa digunakan bagi anak yang mengalami penyimpangan
psikologi dan prilaku. Oleh karena itu penggunaan
sarana dan alat-alat yang digunakan harus memperhatikan batas kesanggupan
siswa, dengan tetap menjaga ketelitian.
Sasaran metode ini adalah adalah memastikan sebab
timbulnya ketidak normalan perilaku seseorang siswa atau sekelompok kecil
siswa. Kemudian
berdasarkan kepastian factor penyebab itu penelitian berupaya memilih dan
menentukan cara yang tepat mengatasi penyimpangan
tersebut.
5. Metode Observasi Naturalistik
Metode observasi naturalistik adalah sejenis observasi
yang dilakukan secara alamiah. Dalam hal ini, peneliti berada di
luar objek yang diteliti atau tidak menampakkan diri sebagai orang yang sedang
melakukan penelitian. Pada awalanya metode ini banyak
digunakan dalam penelitian hewan untuk mempelajari tingkah lakunya, kemudian
metode ini digunakan untuk meneliti peran kepemimpinan dalam sebuah masyarakat
atau untuk meneliti sekelompok orang yang memerlukan terapi, yang bersifat
kemasyarakatan.
B.
Pertumbuhan dan Perkembangan
Hal yang paling menyenangkan dalam
mempelajari pertumbuhan dan perkembangan adalah dapat mengetahui aspek-aspek
perkembangan pada diri kita maupun orang lain seperti:
1.
Perkembangan fisik meliputi berat badan dan tinggi badan.
2.
Perkembangan kognitif.
3.
Perkembangan sosial – emosional.
Selain itu kita dapat mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada diri kita. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan pada diri kita seperti :
1.
Faktor yang kita bawa sejak lahir.
2.
Faktor lingkungan dimana kita tinggal dan melakukan interaksi
dengan orang lain.
3.
Faktor bakat yang dapat berkembang pada lingkungan yang
tepat.
Dari hal tersebut diatas, banyak fase
dan keadaan yang harus kita teliti agar kita mendapatkan hasil maksimal
sehingga wawasan serta pengetahuan kita dalam hal pertumbuhan dan perkembangan bertambah jauh lebih banyak.
Di dalam al-Qur'an terdapat beberapa
ayat yang menggambarkan proses perkembangan manusia
secara bertahap: mulai dari sel-sel pembawa genetika, berubah menjadi janin
(fetus), lahir, tumbuh sebagai manusia dewasa dan mengalami kematian. Dua
diantaranya Surat Al-Mu’minun:12-16 merinci dengan jelas pertumbuhan dan
perkembangan manusia pranatal yaitu: (1) Fase nuthfah (tetesan sperma,
spermatozoa. (2) Fase 'alaqoh atau fase gumpalan darah atau yang melekat pada
dinding uterus atau Rahim. (3) Fase mudhghah (gumpalan daging). (4) Fase
terbentuknya tulang ('idzam) yang terbalut oleh daging, jaringan, dan otot. (5)
Fase janin dalam bentuk sempurna.
Artinya : “Dan
sesunggunya Kami telah menciptakan manusia dari suatu sari pati (berasal) dari
tanah. Kemudian Kami jadikan sari pati itu air mani
(yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah
itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan
tulang-belulang, lalu tulang-belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian
Kami jadikan dia mahluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Suci Allah, Pencipta
yang Paling Baik.. kemudian
setelah itu, sesungguhnya kamu sekalian akan mati”. (QS. Al-Mu’minun : 12-16).
Dan ayat Al-Hajj ayat 5 menjelaskan
fase perkembangan manusia pascanatal ,yaitu: (1) Fase
bayi dan anak-anak (thifl) yaitu masa sejak persalinan hingga menjadi
anak-anak yang mulai beranjak remaja, (2) Fase baligh hingga dewasa (litablughu asyuddakum), yaitu masa
ketika perubahan mendasar dalam kehidupan terjadi. Pada
wanita ditandai dengan haid (menstruasi) dan pada pria berupa ihtilam (mimpi
basah, mimpi- dewasa). Dari segi mental, pada usia
ini dianggap telah mampu bertanggungjawab sehingga tonggak taklif dimulai dari
sini, (3) Fase lanjut usia yaitu fase ketika melewati masa puncak kekuatan
fisik lalu menurun kembali menjadi tidak berdaya.
"Wahai manusia! Jika
kamu meragukan (hari) kebangkitan, maka sesungguhnya kami telah menjadikan kamu
dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian
dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar
kami jelaskan kepada kamu; dan Kami tetapkan dalam rahim, menurut kehendak kami
sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian kami keluarkan kamu sebagai bayi,
Kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampai kepada usia dewasa, dan di
antara kamu ada yang diwafatkan dan (ada pula) di antara kamu yang dikembalikan
sampai usia sangat tua (pikun), sehingga dia tidak mengetahui lagi sesuatu yang
telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian
apabila telah kami turunkan air hujan di atasnya, hiduplah bumi itu dan menjadi
subur dan menumbuhkan berbagai jenis pasangan tetumbuhan yang indah".
(Q.S. Al-Hajj: 5)
Dalam pertumbuhan dan perkembangan
individu disetiap fasenya ada proses yang sistematik, progresif dan
berkesinambungan. Allah menjelaskan bagaimana proses individu tumbuh dan
berkembang menjalani fase demi fase kehidupannya sebagaimana dalam firman Allah
(QS. Al-Mu'min (40):67).
Artinya : “Dialah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes mani,
sesudah itu dari segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang
anak, kemudian (kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa (dewasa),
kemudian (dibiarkan kamu hidup lagi) sampai tua, di antara kamu ada yang
diwafatkan sebelum itu. (Kami perbuat demikian) supaya kamu sampai kepada ajal
yang ditentukan dan supaya kamu memahami(nya)”.
(QS.Al-Mu'min : 67).
Manusia merupakan makhluk hidup yang
lebih sempurna bila dibandingkan dengan makhluk yang lainnya. Akibat dari unsur
kehidupan yang ada pada manusia, manusia berkembang dan mengalami
perubahan-perubahan, baik perubahan dalam segi fisiologis maupun
perubahan-perubahan dalam segi psikologis. Di dalam al-Quran juga menjelaskan gambaran penciptaan manusia secara
detail dan perkembangan manusia pada fase yang berbeda.
C.
Teori Belajar
Salah satu tokoh yang mengemukakan
pandangannya tentang teori belajar adalah Habermas,
ia adalah tokoh teori belajar humanistik. Menurutnya, belajar baru akan terjadi jika ada interaksi antara individu dengan
lingkungannya. Lingkungan belajar yang dimaksud di sini
adalah lingkungan alam maupun lingkungan sosial, sebab antara keduanya tidak
dapat dipisahkan. Dengan pandangannya yang demikian, ia
membagi tipe belajar menjadi tiga, yaitu belajar teknis (technical learning),
belajar praktis (practical learning), dan belajar emansipatoris (emancypatory
learning). Masing-masing tipe memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Belajar teknis (technical learning)
Yang dimaksud belajar teknis adalah belajar
bagaimana seseorang dapat berinteraksi dengan lingkungan alamnya secara benar.
Pengetahuan dan keterampilan apa yang dibutuhkan dan
perlu dipelajari agar mereka dapat menguasai dan mengelola lingkungan alam
sekitarnya dengan baik. Oleh sebab itu, ilmu-ilmu alam atau sains amat
dipentingkan dalam belajar teknis.
b. Belajar praktis (practical learning)
Sedangkan yang dimaksud belajar praktis adalah
belajar bagaimana seseorang dapat berinteraksi dengan lingkungan sosialnya,
yaitu dengan orang-orang di sekelilingnya dengan baik. Kegiatan belajar ini
lebih mengutamakan terjadinya interaksi yang harmonis antar sesama manusia.
Untuk itu bidang-bidang ilmu yang berhubungan dengan sosiologi, komunikasi,
psikologi, antropologi, dan semacamnya, amat diperlukan. Mereka percaya bahwa
pemahaman dan keterampilan seseorang dalam mengelola lingkungan alamnya tidak
dapat dipisahkan dengan kepentingan manusia pada umumnya. Oleh sebab itu,
interaksi yang benar antara individu dengan lingkungan alamnya hanya akan tampak dari kaitan atau relevansinya dengan kepentingan
manusia.
c. Belajar emansipatoris (emancypatory
learning)
Lain halnya dengan belajar emansipatoris.
Belajar emansipatoris menekanan upaya agar seseorang mencapai suatu pemahaman
dan kesadaran yang tinggi akan terjadinya perubahan
atau informasi budaya dalam lingkungan sosialnya. Dengan pengertian demikian
maka dibutuhkan pengetahuan dan keterampilan serta sikap yang benar untuk
mendukung terjadinya transformasi kultural tersebut. Untuk itu, ilmu-ilmu yang
berhubungan dengan budaya dan bahasa amat diperlukan. Pemahaman dan kesadaran
terhadap transformasi kultural inilah yang oleh Habermas dianggap sebagai tahap
belajar yang paling tinggi, sebab transformasi kultural adalah tujuan
pendidikan paling tinggi.
Teori belajar menurut Habermas ini
sangat jelas bahwa teori ini tidak hanya dapat diterapkan dalam bidang sains
saja, tetapi juga dapat diterapkan dalam ilmu lainnya seperti ilmu sosiologi,
komunikasi, psikologi, antropologi, budaya, bahasa dan lain sebagainya.
Teori belajar humanistik adalah teori belajar yang
mengharapkan peserta didik dapat memahami potensi diri, mengembangkan potensi
dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri yang bersifat negative dan
tujuan dari pembelajaran ini adalah lebih kepada proses belajarnya dari pada
hasil belajarnya.
Menurut saya, teori
belajar humanistik pantas diterapkan dalam jurusan pendidikan
fisika karena teori belajar ini
lebih kepada proses belajarnya daripada hasil belajar. Hal
ini karena dalam dunia pendidikan
fisika banyak eksperimen yang mengaplikasikan langsung teori-teori fisika yang kami pelajari kedalam kehidupan kami. Jadi bukan hanya teori
dan materi saja yang kami pelajar, tetapi kami pun melakukan eksperimen langsung dan melakukan penelitian
untuk membuktikan kebenaran teori dan hukum-hukum dalam fisika. Hal inilah yang menjadikan teori humanistik pantas diterapkan dalam jurusan saya
karena lebih menekankan pada proses belajarnya bukan hasil belajarnya. Contohnya yaitu ketika saya melakukan
suatu percobaan tentang kelistrikan dan kemagnetan awalnya saya tidak
mengetahui manfaat dan aplikasi apa yang dapat digunakan untuk kehidupan sehari-hari dalam kelistrikan dan kemagnetan tersebut. Tetapi setelah saya melakukan percobaan, ternyata pemanfaatan dari kelistrikan dan kemagnetan jika di aplikasikan dalam kehidupan kita mempunyai manfaat yang sangat besar. Saya bisa melihat dan membuat aplikasi
tersebut secara langsung yang tentunya bermanfaat untk kehidupan sehari-hari seperti arus listrik
yang dapat dihasilkan melalui induksi magnetik. Dalam hal ini kita dapat mengaplikasikannya
pada pembangkit listrik. Untuk dapat mengaplikasikan
hal ini kita
perlu mempelajari lebih lanjut dan
lebih dalam tentang kelistrikan dan kemagnetan. Untuk mempelajarinya kita memerlukan proses agar dapat membuat aplikasi
ini. Oleh karena itu, teori humanistik lah yang pantas diterapkan dalam jurusan saya.
Teori belajar behavioristik
adalah teori belajar yang menyatakan bahwa interaksi antara stimulus-respon, dan penguatan terjadi
dalam suatu proses belajar. Ciri-ciri guru yang beraliran behavioristik yaitu :
a.
Guru menyusun bahan
pelajaran dalam bentuk yang sudah siap, materi disampaikan
secara utuh oleh guru tersebut.
b.
Guru tidak banyak
memberikan ceramah, tetapi instruksi singkat yang diikuti contoh-contoh.
c.
Bahan pelajaran disusun dari yang sederhana sampai pada yang kompleks.
d.
Pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan
diamati.
e.
Kesalahan harus segera
diperbaiki.
f.
Pengulangan dan latihan
digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan.
g.
Evaluasi atau penilaian
didasari atas perilaku yang tampak.
Teori belajar humanisme
adalah teori belajar yang lebih menekan kan
pada proses belajarnya daripada hasil belajarnya. Ciri-ciri guru yang beraliran humanisme yaitu:
a.
Guru berperan sebagai
fasilitator bagi para peserta didik
dan memberikan motivasi dan kesadaran
mengenai makna belajar dalam kehidupan.
b.
Guru memfasilitasi pengalaman
belajar kepada peserta didik dan
mendampingi peserta didik untuk memperoleh
tujuan pembelajaran.
c.
Guru memberikan kebebasan
bagi para peserta didik untuk
menyampaikan pendapatnya masing-masing.
Belajar dalam pandangan Islam memiliki arti yang sangat penting, sehingga hampir setiap saat
manusia tak pernah lepas dari
aktivitas belajar. Keunggulan suatu umat manusia
atau bangsa juga akan
sangat tergantung kepada seberapa banyak mereka menggunakan
rasio, anugerah Tuhan untuk belajar
dan memahami ayat-ayat Allah SWT. Hingga dalam Al-Qur’an dinyatakan Tuhan akan
mengangkat derajat orang
yang berilmu ke derajat yang luhur (QS. Al- Mujadilah: 11).
Artinya : Hai orang-orang beriman apabila
dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan
untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan
orang-orang yang beriman di antaramu
dan orang-orang yang diberi
ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan. (QS.Al-Mujadilah : 11).
D.
Intelegensi
Intelegensi adalah aktivitas atau perilaku yang merupakan perwujudan dari daya atau potensi
untuk memahami sesuatu. Dalam hal ini intelegensi dominan yang saya miliki adalah
intelegensi logic smart. Logic smart (kecerdasan logis) didefinisikan sebagai kemampuan menggunakan angka dengan baik dan
melakukan penalaran yang benar. Kemampuan ini, meliputi kemampuan
menyelasaikan masalah, mengembangkan masalah, dan menciptakan sesuatu dengan angka dan penalaran,
cerdas secara matematis-logis berarti cerdas angka dan
cerdas dalam hukum logika berpikir
penalaran (Amstrong, dalam Musfiroh, 2008:3 ). Beberapa langkah untuk mengembangkan
logic smart sebagai berikut
( Prasetyo &
Andriani.2009: 52):
a.
Sering berlatih berfikir
secara logis baik induktif maupun
deduktif.
b.
Jangan alergi terhadap
matematika.
c.
Belajar untuk mengenali
pola tertentu.
d.
Berlatihlah menjadi seorang
problem solver.
Pada umumnya setiap
orang mempunyai minat yang sangat besar terhadap
angka. Dimana berbagai bentuk
angka sering ditemui di sekitar lingkungan kehidupan kita. Misalnya: mata uang, jam dinding, kalender. Oleh karena itu,
dalam kehidupan sehari-hari angka merupakan bagian yang sangat penting (
Siswanto, 2008: 46).
Telah kita ketahui bahwa manusia
sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna (Q.S. At-Tin: 4). Secara
fisik, manusia memiliki struktur tubuh yang sangat sempurna, ditambah lagi dengan pemberian
akal, maka ia adalah
makhluk jasadiyah dan ruhaniyah. Akal yang dianugrahkan kepada manusia memiliki tingkatan kecerdasan yang berbeda-beda.
لَقَدْ خَلَقْنَا
ٱلْإِنسَٰنَ
فِىٓ أَحْسَنِ
تَقْوِيمٍ
Artinya :
“Sesungguhnya
Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk
yang sebaik-baiknya”.
E.
Motivasi
Motivasi adalah
suatu sugesti atau dorongan yang muncul karena diberikan
oleh seseorang kepada orang lain atau dari diri
sendiri, dorongan tersebut bermaksud agar orang tersebut menjadi orang yang lebih baik dari
yang sebelumnya. Motivasi juga
bisa diartikan sebagai sebuah alasan yang mendasari sebuah perbuatan yang dilakukan oleh seseorang. Dalam kaitannya dengan
jurusan pendidikan fisika yang saya sedang jalani maka
maksud dari motivasi belajar pada jurusan ini
adalah dorongan pada diri saya
untuk melakukan kegiatan perkuliahan mata pelajaran fisika, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan
belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh saya pada
mata pelajaran fisika dapat tercapai.
Motivasi yang mempengaruhi
saya untuk belajar pada jurusan
pendidikan fisika yaitu:
1. Faktor internal : minat, cita-cita, dan kondisi saya
sendiri atau learned
helplessness yaitu perasaan
tak berdaya pada diri seseorang
yang menggambarkan kondisi frustasi dan putus
asa setelah kegagalan yang terjadi berulang kali, internal locus of control (keyakinan individu atas apa yang terjadi
dalam hidupnya) yang disebabkan karena kemampuan diri sendiri.
2. Faktor eksternal : kecemasan, sikap
(penghargaan dan pujian), rasa ingin tahu, eksternal locus
of control (keyakinan individu
atas apa yang terjadi dalam hidupnya)
yang disebabkan karena kemampuan dari luar diri atau
lingkungan, peran orang tua, peran pengajar,
dan kondisi lingkungan.
REFERENSI
- Santrok, John W.2008. Psikologi Pendidikan Edisi Kedua. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
- Muhibbin, Syah.2002. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
- Chalidjah, Hasan.1994. Dimesi-Dimensi Psikologi
Pendidikan. Surabaya :
PT. Al-Ikhlas.
- Marsudi, Saring, dkk. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Surakarta: Univesitas Muhammadiyah Surakarta.
- Budiningsih, C. Asri.2004. Belajar dan
Pembelajaran. Yogyakarta: Rinika
Cipta.
- Darwis. Hude.
2006. Penjelajahan Religio-Psikologis
Tentang Emosi Manusia di Dalam al- Qur'an.
Jakarta: Erlangga.
-
http://santriuniversitas.blogspot.com/2011/07/metode-psikologi-pendidikan.html
-
http://walangkopo99.blogspot.com/2013/03/pengertian-motivasi.html
-
http://walangkopo99.blogspot.com/2013/03/pengertian-motivasi.html
-
http://eriec4sains.blogspot.com/2011/04/teori-belajar-humanisme-dan.html
-
http://www.asikbelajar.com/2013/08/pandangan-habermas-terhadap-belajar.html
-
http://walangkopo99.blogspot.com/2013/03/pengertian-motivasi.html